Mesin Las
A.
Pengertian
Mesin Las
1.
Mesin
Las Listrik
Las
busur listrik atau pada umumnya disebut las listrik termasuk suatu proses
penyambungan logam dengan menggunakan tenaga listrik sebagai sumber panas. Jadi
surnber panas pada las listrik ditimbulkan oleh busur api arus listrik, antara
elektroda las dan benda kerja. Benda kerja merupakan bagian dari rangkaian
aliran arus listrik las. Elektroda mencair bersama-sama dengan benda kerja
akibat dari busur api arus listriik. Gerakan busur api diatur sedemikian rupa,
sehingga benda kerja dan elektroda yang mencair, setelah dingin dapat menjadi
satu bagian yang sukar dipisahkan.
Mesin las adalah alat yang digunakan
untuk menyambung logam. Pengelasan (wedding)
adalah tenik penyambungan logam dengan cara mencairkan sebagian logam induk dan
logam pengisi dengan atau tanpa penekanan dan menghasilkan sambungan yang
kontinyu. Lingkup
penggunaan teknik pengelasan dalam kontruksi sangat luas, meliputi perkapalan,
jembatan, rangka baja, bejana tekan, pipa pesat, pipa saluran dan sebagainya.
2.
Mesin Las Gas Oksi-Asetilin
Dalam proses pengelasan gas, panas diperoleh dari
hasil pembakaran gas dengan oksigen sehingga menimbulkan nyala api dengan suhu
yang dapat mencairkan logam dasar dan logam pengisi. Pengelasan gas juga sering
digunakan untuk proses pemotongan logam. Gas yang lazim digunakan adalah gas
alam, asetilen, dan hidrogen. Gas yang paling sering dipakai adalah gas
asetilen, sehingga pengelasan gas pada umumnya diartikan sebagai pengelasan
oksi-asetilen (oxyasetylene welding, OAW).
Las Oksi asetilin adalah pengelasan yang dilaksanakan
dengan pencampuran
2 jenis gas sebagai pembentuk nyala api dan sebagai sumber panas. Dalam proses
las gas ini, gas yang digunakan adalah campuran dari gas Oksigen (O2) dan gas lain sebagai gas bahan bakar (fuel gas). Gas bahan bakar yang paling popular dan paling banyak digunakan dibengkel-bengkel adalah
gas Asetilen ( dari kata “acetylene”, dan memiliki rumus kimia C2H2 ). Gas ini memiliki beberapa kelebihan dibandingkan gas bahan bakar lain. Kelebihan yang dimiliki gas Asetilen antara lain, menghasilkan temperature nyala api lebih
tinggi dari gas bahan bakar lainya, baik bila dicampur dengan udara ataupun Oksigen.
B.
Klasifikasi Cara Pengelasan dan Pemotongan
Sampai
pada waktu ini banyak sekali cara-cara pengklasifikasian yang digunakan dalam
bidang las, ini disebabkan karena perlu adanya kesepakatan dalam hal-hal
tersebut. Secara konvensional cara-cara pengklasifikasi tersebut vpada waktu
ini dapat dibagi dua golongan, yaitu klasifikasi berdasarkan kerja dan
klasifikasi berdasarkan energi yang digunakan.
Klasifikasi
pertama membagi las dalam kelompok las cair, las tekan, las patri dan
lain-lainnya. Sedangkan klasifikasi yang kedua membedakan adanya
kelompok-kelompok seperti las listrik, las kimia, las mekanik dan seterusnya.
Berdasrkan
klasifikasi ini pengelasan dapat dibagi dalam tiga kelas utama yaitu :
pengelasan cair, pengelasan tekan dan pematrian.
- Pengelasan cair adalah cara pengelasan dimana sambungan dipanaskan sampai mencair dengan sumber panas dari busur listrik atau sumber api gas yang terbakar.
- Pengelasan tekan adalah pcara pengelasan dimana sambungan dipanaskan dan kemudian ditekan hingga menjadi satu.
- Pematrian adalah cara pengelasan diman sambungan diikat dan disatukan denngan menggunakan paduan logam yang mempunyai titik cair rendah. Dalam hal ini logam induk tidak turut mencair.
Cara yang banyak digunakan dalam
pengelasan adalah pemotongan dengan gas oksigen dan pemotongan dengan busur
listrik. Dibawah ini klasifikasi dari cara pengelasan :
a) Pengelasan cair
ü Las gas
ü Las listrik terak
ü Las listrik gas
ü Las listrik termis
ü Las listrik elektron
ü Las busur plasma
b) Pengelasan tekan
ü Las resistensi listrik
ü Las titik
ü Las penampang
ü Las busur tekan
ü Las tekan
ü Las tumpul tekan
ü Las tekan gas
ü Las tempa
ü Las gesek
ü Las ledakan
ü Las induksi
ü Las ultrasonic
c) Las busur
ü Elektroda terumpan
d) Las busur gas
ü Las m16
ü Las busur CO2
e) Las busur gas dan fluks
ü Las busur CO2 dengan elektroda
berisi fluks
ü Las busur fluks
ü Las elektroda berisi fluks
ü Las busur fluks
ü Las elektroda tertutup
ü Las busur dengan elektroda berisi
fluks
ü Las busur terendam
ü Las busur tanpa pelindung
ü Elektroda tanpa terumpan
ü Las TIG atau las wolfram gas
C.
Klasifikasi
Mesin Las
1.
Berdasarkan Panas Listrik
1.1. SMAW (Shield Metal Arch Welding)
adalah las busur nyala api listrik terlindung dengan mempergunagakan busur
nyala listrik sebagai sumber panas pencair logam. Jenis ini paling banyak
dipakai dimana–mana untuk hampir semua keperluan pekerjaan pengelasaan.
Tegangan yang dipakai hanya 23 sampai dengan 45 Volt AC atau DC, sedangkan
untuk pencairan pengelasan dibutuhkan arus hingga 500 Ampere. Namun secara umum
yang dipakai berkisar 80 – 200 Ampere.
1.2. SAW (Submerged Arch Welding) adalah
las busur terbenam atau pengelasan dengan busur nyala api listrik. Untuk
mecegah oksidasi cairan metal induk dan material tambahan, dipergunakan
butiran–butiran fluks / slag sehingga bususr nyala terpendam di dalam
ukuran–ukuran fluks tersebut
1.3. ESW (Electro Slag Welding) adalah
pengelasan busur terhenti, pengelasan sejenis SAW namun bedanya pada jenis ESW
busurnya nyala mencairkan fluks, busur terhenti dan proses pencairan fluk
berjalan terus dam menjadi bahan pengantar arus listrik (konduktif). Sehingga
elektroda terhubungkan dengan benda yang dilas melalui konduktor tersebut.
Panas yang dihasilkan dari tahanan terhadap arus listrik melalui cairan fluk /
slag cukup tinggi untuk mencairkan bahan tambahan las dan bahan induk yang
dilas tempraturnya mencapai 3500° F atau setara dengan 1925° C
1.4. SW (Stud Welding) adalah las baut
pondasi, gunanya untuk menyambung bagian satu konstruksi baja dengan bagian
yang terdapat di dalam beton (baut angker) atau “ Shear Connector “
1.5. ERW (Electric Resistant Welding)
adalah las tahanan listrik yaitu dengan tahanan yang besar panas yang
dihasilkan oleh aliran listrik menjadi semakin tinggi sehingga mencairkan logam
yang akan dilas. Contohnya adalah pada pembuatan pipa ERW, pengelasan plat–plat
dinding pesawat, atau pada pagar kawat
1.6. EBW (Electron Beam Welding) adalah
las dengan proses pemboman elektron, suatu pengelasan uang pencairannya
disebabkan oleh panas yang dihasilkan dari suatu berkas loncatan elektron yang
dimamapatkan dan diarahkan pada benda yang akan dilas. Penelasan ini
dilaksanakan di dalam ruang hampa, sehingga menghapus kemungkinan terjadinya
oksidasi atau kontaminasi
2.
Berdasarkan Panas Listrik dan Gas
2.1.
GMAW (Gas Metal Arch Welding) terdiri dari ; MIG (Metal
Active Gas) dan MAG (Metal Inert Gas) adalah pengelasan dengan gas nyala yang
dihasilkan berasal dari busur nyala listrik, yang dipakai sebagai pencair metal
yang di–las dan metal penambah. Sebagai pelindung oksidasi dipakai gas
pelindung yang berupa gas kekal (inert) atau CO2. MIG digunakan untuk mengelas
besi atau baja, sedangkan gas pelindungnya adalah mengunakan Karbon dioxida
CO2. TIG digunakan untuk mengelas logam non besi dan gas pelindungnya menggunakan
Helium (He) dan/atau Argon (Ar)
2.2.
GTAW (Gas Tungsten Arch Welding) atau TIG (Tungsten Inert
Gas) adalah pengelasn dengan memakai busur nyala dengan tungsten/elektroda yang
terbuat dari wolfram, sedangkan bahan penambahnyyadigunakan bahan yang sama
atau sejenis dengan material induknya. Untuk mencegah oksidasi, dipakai gas
kekal (inert) 99 % Argon (Ar) murni
2.3.
FCAW (Flux Cored Arch Welding) pada hakikatnya hampir sama
dengan proses pengelasan GMAW. Gas pelindungnya juga sama-sama menggunakan
Karbon dioxida CO2. Biasanya, pada mesin las FCAW ditambah robot yang bertugas
untuk menjalankan pengelasan biasa disebut dengan super anemo
2.4.
PAW (Plasma Arch Welding) adalah las listrik dengan plasma
yang sejenis dengan GTAW hanya pada proses ini gas pelindung menggunakan bahan
campuran antara Argon (Ar), Nitrogen (N) dan Hidrogen (H) yang lazim disebut
dengan plasma. Plasma adalah gas yang luminous dengan derajat pengantar arus
dan kapasitas termis / panas yang tinggi dapat menampung tempratur diatas
5000°C
3.
Berdasarkan Panas Yang Dihasilkan
Campuran Gas
3.1. OAW (Oxigen Acetylene Welding)
adalah sejenis dengan las karbid / las otogen. Panas yang didapat dari hasil
pembakaran gas acetylene (C2H2) dengan zat asam atau Oksigen (O2). Ada juga
yang sejenis las ini dan memakai gas propane (C3H8) sebagai ganti acetylene.
Ada pula yang memakai bahan pemanas yang terdiri dari campuran gas hidrogen (H)
dan zat asam (O2) yang disebit OHW (Oxy Hidrogen Welding)
4.
Berdasarkan Ledakan dan reaksi
isotermis
4.1. EXW (Explosion Welding) adalah las yang
sumber panasnya didapatkan dengan meledakkan amunisi yang dipasang pada suatu
mold/cetakan pada bagian tersebut dan mengisi cetakan yang tersedia. Cara ini
sangat praktis untuk menyambung kawat baja / wire rope, slenk. Cara
pelaksanaannya adalah ujung-ujung tambang kawat dimasukkan ke dalam mold yang
telah terisi amunisi selanjutnya serbuk ledak tersebut dinyalakan dengan
pemantik api, maka terjadilah reaksi kimia eksotermis yang sangat cepat
sehingga menghasilkan suhu yang sangat tinggi sehingga terjadilah ledakan.
Ledakan tersebut mencairkan kedua ujung kawat baja yang terdapat didalam mold
tadi, sehingga cairan metal terpadu dan mengisi ruangan yang tersedia didalam
mold.
D.
Jenis
– Jenis Mesin Las Listrik
Jenis – jenis
mesin las berdasarkan panas listrik adalah sebagai berikut :
1.
Las
listrik dengan Elektroda Karbon
a.
Las listrik dengan elektroda karbon tunggal
b.
Las listrik dengan elektroda karbon ganda
Pada las listrik dengan elektroda karbon, maka busur listrik
yang terjadi diantara ujung elektroda karbon dan logam atau diantara dua ujung
elektroda karbon akan memanaskan dan mencairkan logam yang akan dilas.
2.
Las listrik dengan elektroda logam
2.1. SMAW (Shield Metal
Arch Welding)
Las busur nyala api listrik
terlindung dengan mempergunaakan busur nyala listrik sebagai sumber panas
pencair logam. Jenis ini paling banyak dipakai dimana–mana untuk hampir semua
keperluan pekerjaan pengelasaan. Tegangan yang dipakai hanya 23 sampai dengan
45 Volt AC atau DC, sedangkan untuk pencairan pengelasan dibutuhkan arus hingga
500 Ampere. Namun secara umum yang dipakai berkisar 80 – 200 Ampere.
Untuk
arus AC (Alternating Current), pada voltage drop panjang kabel tidak banyak
pengaruhnya, kurang cocok untuk arus yang lemah, tidak semua jenis elektroda
dapat dipakai, arc starting lebih sulit terutama untuk diameter elektrode
kecil, pole tidak dapat dipertukarkan, arc bow bukan merupakan masalah.
Sedangkan
pada arus DC (Direct Current), voltage drop sensitif terhadap panjang kabel
sependek mungkin, dapat dipakai untuk arus kecil dengan diameter electroda
kecil, semua jenis elektrode dapat dipakai, arc starting lebih mudah terutama
untuk arus kecil, pole dapat dipertukarkan, arc bow sensitif pada bagian ujung,
sudut atau bagian yang banyak lekukanya.
Gbr. SMAW
Gb. Las SMAW
2.2.
SAW (Submerged Arch Welding)
Las busur terbenam atau pengelasan
dengan busur nyala api listrik. Untuk mecegah oksidasi cairan metal induk dan
material tambahan, dipergunakan butiran–butiran fluks / slag sehingga bususr
nyala terpendam di dalam ukuran–ukuran fluks tersebut. Las
Busur terpendam banyak digunakan untuk penyambungan tabung-tabung gas, pipa
besar, dan penyambungan benda-benda yang sama serta banyak. Pengelasan
dilakukan secara otomatis dan fluksnya berupa butiran. Satu unit mesin las SAW
terdiri dari sebuah travo, kontrol, elektroda gulungan, nosel, dan perlengkapan
untuk menaburkan fluks. Pengelasan dimulai dengan mengalirkan arus listrik pada
rangkaian listrik SAW. Elektroda berjalan dan menyentuh benda kerja. Loncatan
busur listrik dari elektroda ke benda kerja mencairkan keduanya. Pada saat
bersamaan butiran fluks ditaburkan agar deposit lasan yang terbentuk terlindung
dari udara luar.
gb. SAW
2.3.
TIG
(tungsten inert gas)
Las
listrik TIG merupakan pengelasn dengan memakai busur nyala dengan
tungsten/elektroda yang terbuat dari wolfram. Busur listrik yang terjadi antara
ujung elektroda wolfrm dan bahan dasar adalah merupakan sumber panas untuk
pengelasa. Titik cair dari eletroda wolfram sedemikan tingginya samapai 3410o
sehingga tidak ikut mencair pada saat terjadi busur listrik. Tangkai las
dilengkapi dengan nosel keramik untuk penyembur gas pelindung yang melindungi
daerah las dari pengaruh luar pada saat pengelasan. Sebagai bahan tambah
dipakaielektroda tanpa selaput yang digerakkan dan didekatkan ke buur listrik
yang terjadi antara elektroda wolfram dengan bahan dasar.
Gbr. TIG
E. Arus Las Listrik
1.
Mesin
Las listrik arah searah (DC)
Mesin
ini mengubah arus listrik
bolak-balik (AC) yang
masuk, menjadi
arus
listrik
searah
(DC) yang keluar. Keuntungan dari mesil las DC adalah
sebagai berikut :
a.
Busur nyala stabil
b.
Dapat menggunakan elektroda berselaput dan tidak berselaput
c.
Dapat mengelas pelat tipis
d.
Dapat dipakai untuk mengelas pada tempat lembab
2.
Mesin
las litrik arah bolak – balik (AC)
Mesin ini memerlukan sumber arus bolak -
balik
dengan tegangan yang lebih rendah pada lengkung listrik. Keuntungan dari mesin AC adalah:
a.
Busur nyala kecil, sehingga memperkecil
kemungkinan timbulnya keropos pada rigi – rigi las
b.
Perlengkapan dan perawatan lebih mudah
F. Pengkutuban Elektroda
1.
Pengkutuban
Langsung
Pada pengkutuban langsung, kabel elektroda dipasang pada terminal negatif dan . kabel
massa
pada
terminal
positif.
(DC-)
gb. pengkutuban Langsung
2.
Pengkutuban
Terbalik
Pada pengkutuban langsung, kabel elektroda dipasang pada terminal positif
dan . kabel
massa
pada
terminal
negatif.(DC+)
Pengaruh pengkutuban pada hasil las
adalah pada penembusan lasnya
Pengkutuban langsung (DC-) akan menghasilkan penembusan
yang dangkal
sedangkan pada pengkutuban terbalik (DC+)
akan terjadi sebeliknya. Pada arus bolak-balik
(AC) penembusan yang dihasilkan antara keduanya.
.
H. Teknik Dasar Pengelasan
1.
Pembentukan
busur listrik
Busur listrik timbul karena adanya
pelepasan muatan listrik melewati celah dalam rangkaian, dan panas yang
dihasilkan akan menyebabkan gas pada celah tersebut mengalami ionisasi (disebut
plasma). Untuk menghasilkan busur dalam pengelasan busur, elektrode disentuhkan
dengan benda kerja dan secara cepat dipisahkan dalam jarak yang pendek. Energi
listrik dari busur dapat menghasilkan panas dengan suhu 10.000 o F
(5500o C) atau lebih, cukup panas untuk melebur logam. Genangan
logam cair, terdiri atas logam dasar dan logam pengisi (bila digunakan),
terbentuk di dekat ujung elektrode. Kebanyakan proses pengelasan busur, logam
pengisi ditambahkan selama operasi untuk menambah volume dan kekuatan sambungan
las-an. Karena logam pengisi dilepaskan sepanjang sambungan, genangan las-an
cair membeku dalam jaluran yang berombak.
2.
Pengaruh
panjang busur pada hasil las
2.1.
Panjang busur sama
dengan diameter kawat inti elektroda (L=D) maka cairan elektroda akan mengalir
dan mengendap dengan baik. Hasilnya :
a. rigi-rigi las yang halus dan baik.
b. tembusan las yang baik
c. perpaduan dengan bahan dasar baik
d. percikan teraknya halus.
2.2. Bila busur terlalu panjang (L > D), maka timbul bagian-bagian yang berbentuk
bola dari cairan
elekroda. Hasilnya :
a.
rigi-rigi las kasar
b.
tembusan las dangkal
c.
percikan
teraknya kasar dan keluar dari jalur las.
2.3. Bila busur terlalu pendek, akan sukar memeliharanya, bisa terjadi pembeakuan ujung elektroda pada pengelasan. Hasilnya :
a. rigi-rigi las tidak merata
b. tembusan las tidak baik
c. percikan teraknya kasar dan
berbentuk bola.
4.
Elektroda
Elektroda baja lunak dan baja paduan
tendah untuk las busur listrik menurut klasifikasi AWS (American Welding Society) dinyatakan dengan tanda E XXXX yang
artinya :
a.
E, menyatakan elektroda
busur listrik
b.
XX (dua angka setelah E
menyatakan kekuatan tarik deposit las dalam ribuan (lb/in2 )
c.
X (angka ketiga)
menyatakan posisi pengelasan. Dimana angka 1 untuk pengelasan segala posisi dan
angka 2 untuk pengelasan posisi datar di bawah tangan
d.
X (angka ke empat)
menyatakan jenis selaput dan jenis arus yang cocok di pakai untuk pengelasan
Contoh : E 6013
Berarti kekuatan tarik minimum deposit
las adalah 60.000 lb/in2 .
Dapat dipakai untuk pengelasan segala
posisi.
Jenis selaput elktroda Rutil-Kalium dan
pengelasan dengan arus AC atau DC
Tabel jenis selaput dan pemakaian
arus
Angka
Keempat
|
Jenis
Selaput
|
Jenis
Arus
|
0
1
2
3
4
5
6
7
|
Selulosa
– Natrium
Selulosa
– Kalium
Rutil
– Natrium
Rutil
– Kalium
Rutil
– Serbuk Besi
Kalium
– Hidrogen Rendah
Kalium
– Hidrogen Rendah
Serbuk
Besi – Oksida Besi
|
DC+
AC,DC+
AC,DC-
AC,DC+/-
AC,DC+/-
AC,DC+/-
AC,DC+/-
AC,DC+/-
|
Adapun macam - macam
elektroda adalah sebagai berikut :
1. Elektroda Baja Lunak
a. E 6010 dan e 6011
Elektroda ini adalah jenis elektroda selaput selulosa yang dapat dipakai untuk
pengelesan dengan penembusan yang dalam. Pengelasan dapat pada segala posisi dan terak yang tipis dapat dengan mudah dibersihkan.
b. E 6012 dan E 6013
Kedua elektroda ini termasuk jenis selaput rutil yang dapat manghasilkan penembusan
sedang. Keduanya dapat dipakai untuk pengelasan segala
posisi, tetapi kebanyakan jenis E 6013 sangat baik untuk posisi pengelasan tegak arah ke bawah. Jenis E 6012
umumnya dipaki pada ampere yang relative lebih tinggi dari E 6013. E 6013 yang mengandung lebih benyak Kalium memudahkan pemakaian pada voltage mesin yang rendah. Elektroda dengan diameter kecil kebanyakan dipakai
untuk pangelasan pelat tipis.
c. E 6020
Elektroda jenis ini dapat menghasilkan penembusan las sedang dan teraknya mudah dilepas dari lapisan las. Selaput elektroda terutama mengandung oksida besi dan mangan.
2. Elektroda berselaput
Elektroda berselaput yang dipakai pada Ias
busur listrik mempunyai perbedaan komposisi selaput maupun kawat Inti.
Pelapisan fluksi pada kawat inti
dapat
dengah cara destrusi, semprot atau celup. Ukuran standar diameter kawat
inti dari 1,5 mm sampai 7 mm dengan panjang antara 350 sampai 450 mm. Jenis- jenis selaput
fluksi pada elektroda misalnya
selulosa, kalsium karbonat (Ca C03), titanium dioksida
(rutil), kaolin,
kalium oksida mangan, oksida
besi, serbuk besi, besi silikon, besi mangan dan sebagainya dengan persentase yang berbeda-beda, untuk tiap jenis elektroda. Tebal selaput elektroda
berkisar antara 70% sampai
50% dari diameter elektroda tergantung dari
jenis selaput.
Pada waktu pengelasan, selaput elektroda ini akan turut mencair dan menghasilkan gas CO2 yang melindungi cairan las, busur listrik
dan sebagian benda kerja terhadap udara luar. Udara luar yang mengandung O2 dan N akan dapat mempengaruhi sifat mekanik dari logam Ias. Cairan selaput yang disebut terak akan
terapung dan membeku melapisi permukaan las yang masih panas.
3. Elektroda untuk besi
tuang
a. Elektroda baja
Akan
menghasilkan depodit las yang kuat sehingga tidak dapat dikerjakan lagi.
Dipakai mesin las AC atau DC kutub terbalik
b. Elektroda nikel
Hasil
las bias dikerjakan lagi dengan mesin. Dipakai dalam segala posisi pengelasan.
Rigi – rigi las yang dihasilkan rata dan halus.
c. Elektroda perunggu
Hasil
las tahan terhadap retak. Kawat inti dari elektroda yang dibuat dari perunggu
fosfor dan di beri selaput yang menghasilkan busur stabil
d. Elektroda untuk
alumunium
Di
las dengan elektroda yang dibuat dari logam yang sama. Elektroda
aluminium
AWS-ASTM
AI-43 untuk las busur
listrik
adalah
dengan pasawat las DC kutub
terbalik.
Dalam
pemakaian elektroda terdapat beberapa macam gerakan elektroda antara lain :
1. Gerakan
arah turun sepanjang sumbu elektroda. Gerakan ini dilakukan untuk mengatur
jarak busur listrik agar tetap.
2.
Gerakan
ayunan elektroda. Gerakan ini diperlukan untuk mengatur lebar jalur las yang
dikehendaki.
Ayunan keatas menghasilkan alur las yang kecil, sedangkan ayunan
kebawah menghasilkan jalur las yang lebar. Penembusan las pada ayunan keatas
lebih dangkal daripada ayunan kehawah.
Ayunan segitiga dipakai pada jenis elektroda Hydrogen rendah untuk
mendapatkan penembusan las yang baik diantara dua celah pelat.
Beberapa bentuk-bentuk ayunan diperlihatkan pada gambar dibawah
ini. Titik-titik pada ujung ayunan menyatakan agar gerakan las berhenti sejenak
pada tempat tersebut untuk memberi kesempatan pada cairan las untuk mengisi
celah sambungan.
a.
Alur spiral
b.
Alur zig zag
c.
Alur segitiga
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Teknik Pengelesan. http://indonesia-mekanikal.blogspot.com
/2008/06/teknik-pengelasan-welding-bag-2.html diakses pada
tanggal 25 November 2013.
Anonim. 2012. Pengertian
Mesin Las. http://fikrimiftahidayat3m2.blogspot.com 2012/
01/pengertian-mesin-las.html diakses pada tanggal 20
November.
Anton,
Andri ; Arafic ; dkk. Makalah Listrik dan
Gas. Jakarta.
Anonim. 2013. Ddasar Teori Pengelasan Gas Oksi Asitelin. http://wijayamesin.blogspot.com/2013/04/dasar-teoripengelasan-gas-oksi-asetilin.html
diakses pada tanggal 22 November 2013.
0 komentar:
Posting Komentar