PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Metode
pembelajaran adalah suatu cara yang berfungsi sebagai alat untuk mencapai
tujuan. Oleh karena itu seorang pengajar haruslah pandai dalam memilih metode
pembelajaran yang tepat untuk digunakan dalam kegiatan belajar mengajar .
Metode ini akan membantu pengajar atau guru dalam menyampaikan materi. Sehingga
siswa dapat menerima dan memahami dari materi yang disampaikan.
Metode
yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar sebainya berpusat pada siswa
istilah ini sering disebut dengan Student
Centre Learning (SCL). SCL dimaksudkan agar seorang guru hanya sebgai
fasilitator dan dinamisator dari sebuah pembelajaran. Sehingga, dalam hal ini
siswa berperan aktif dalam kegiatan belajar mengajar.
Dengan
berkembangnya jaman sekarang, muncul berbagai metode pembelajaran. Dalam setiap
metode tersebut selalu ada kelemahan dan keunggulan, oleh karena itu guru harus
mempertimbangkan efektif atau tidaknya metode tersebut. Oleh karena itu, guru di harapkan mampu
menguasai metode – metode yang cocok untuk pembelajaran pada pelajaran tertentu
agar siswa lebih tertarik pada pelajaran tersebut.
Metode
yang dipilih akan memberikan motivasi kepada siswa untuk terus aktif dalam
pembelajaran. Selain itu metode tersebut akan memacu rasa ingin tahu yang
tinggi. Dalam kegiatan belajar mengajar,
guru memberikan informasi yang dikaitkan dengan suatu masalah yang terjadi
dalam kehidupan nyata. Hal tersebut bertujuan, agar siswa dapat mengembangkan
pola pikir dan kreatifitas dalam pemecahan suatu masalah.
Terkadang
suatu masalah sosial tidak dapat dijelaskan dengan lisan. Maka, dalam hal ini
pemecahan masalah tersebut perlu didramatisasikan dan siswa dilibatkan untuk
berperan dalam peritiwa atau masalah sosial tersebut. Dalam hal ini perlu
menggunakan metode sosiodrama yaitu siswa dapat mendramatisasikan tingkah laku,
atau ungkapan gerak-gerik wajah seseorang dalam hubungan sosial antar manusia.
Guru
menggunakan metode sosiodrama ini dalam proses belajar mengajar memiliki tujuan
agar siswa dapat memahami perasaan orang lain. kita mengetahui sering
terjadinya perselisihan dalam pergaulan hidup antar kita, dapat disebabkan
karena salah paham. Maka dengan sosiodrama mereka dapat menghayati peranan apa
yang dimainkan, mampu menempatkan diri dalam situasi orang lain yang
dikehendaki guru.
Dalam
metode sosiodrama siswa dalam situasi peranan yang dimainkannya harus bisa
berpendapat, memberiakn argumantasi, dan harus bisa mencari jalan keluar jika
terjadi banyak perbedaan pendapat. Maka hal-hal yang menyangkut kesejahteraan
bersama perlu ada musyawarah dan mufakat agar dapat mengambil keputusan
bersama. Maka siswa dengan bermain peranan, harus dapat melakukan perundingan
untuk memecahkan bersama masalah yang dihadapi dan akhirnya mencapai keputusan
bersama.
Dalam
makalah ini akan dijelaskan lebih banyak mengenai salah satu metode pembelajaran
yaitu metode sosiodrama.
1.2.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan uraian dari latar
belakang masalah di atas, permasalahan pokok yang hendak dideskripsikan adalah
:
1. Apa yang dimaksud dengan metode dan
metode sosiodrama serta apa tujuan dan manfaat dari metode sosiodrama ?
2. Bagaimana prosedur dan langkah –
langkah penggunaan metode sosiodrama ?
3. Bagaimana peranan metode sosiodram
dalam proses pembelajaran?
4. Faktor apa saja yang mempengaruhi
berhasilnya penggunaan metode sosiodrama ?
5. Apa saja kelebihan dan kelemahan
dari metode sosiodrama serta cara mengatasi kelemahan dari metode tersebut ?
1.3.
Tujuan
Berkaitan dengan masalah yang telah
dirumuskan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk
mengetahui apa yangdimaksud degan metode sosiodrama, mengetahui tujuan dan
manfaatnya dalam pembelajaran
2. Mengetahui
peranan metode sosiodrama, prosedur pelaksanaan, dan langkah penggunaan metode
sosiodrama dalam kegiatan belajar mengajar
3. Mengetahui
faktor apa saja yang mempengaruhi berhasilnya metode sosiodrama
4. Mengetahui
kelebihan dan kelemahan metode sosiodram serta cara mengatasi kelemahan
tersebut
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian
2.1.1.
Metode
Mengajar
Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar
mengajar, ,metode diperlukan oleh giuru dan penggunaannya bervariasi
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir. Oleh
karena itu seorang guru haruslah pandai dalam memilih metode yang digunakan
agar materi dapat tersampaikan dengan jelas kepada siswa.
Metode adalah cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan
yang telah disusun tercapai secara optimal ( Wina Sanjaya, 2006 : 145 ).
Metode mengajar/teknik penyajian adalah suatu
pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh guru
atau instruktur. Pengertian lain ialah sebagai teknik penyajian yang
dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di
dalam kelas, agar pelajaran tersebut dapat ditangkap, dipahami dan
digunakan oleh siswa dengan baik. ( Roestiyah, 2008 : 1 ).
Metode mengajar adalah strategi pengajaran sebagai
alat untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Dengan memanfaatkan metode secara
akurat, guru akan mampu mecapai tujuan pengajaran
2.1.2.
Sosiodrama
Isitilah
sosiodram berasal dari dua kata, yaitu socio
yang berari social dan drama adalah drama yang berarti mendramatisasikan
suatu kejadian atau peristiwa dalam keidupan manusia yang mengandung konflik
kejiwaan, pergolakan, atau benturan dua orang atau lebih atau yang
menggambarkan situasi sosial.
Metode
sosiodrama adalah metode pembelajaran bermain peran untuk memecahkan
masalah-masalah soasial, permasalahan yang menyangkut hubungan antara manusia
seperti masalah kenakalan remaja, narkoba, gambaran keluarga yang otoriter dan
lain sebagainya. Sosiodrama digunakan untuk memberikan pemahaman dan
penghayatan akan masalah-masalah sosial serta mengembangkan kemampuan siswa
untuk memecahkannya (Wina Sanjaya, 2006 : 158).
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahwa Sosiodrama adalah drama yang
bertujuan memberikan informasi kepada masyarakat tentang masalah sosial dan
politik (2002: 855). Sedangkan menurut Sosiodrama adalah sebuah metode
mengajar dengan mendemonstrasikan cara bertingkah laku dalam hubungan social
(Ahmadi, 2005: 65).
Sosiodrama
adalah siswa dapat mendramatisasikan tingkah laku, atau uangkapan gerak gerik
wajah seseorang dalam hubungan sosial antara manusia. Atau dengan roll playing
dimana siswa bisa berperan atau memainkan peranan dalam dramatisasi masalah
sosial/psikologis itu (Roestiyah , 2008,90).
Sosiodrama
adalah metode pembelajaran bermain peran untuk memecahkan masalah-masalah yang
berkaitan dengan fenomena sosial, permasalahan yang menyangkut hubungan antara
manusia seperti masalah kenakalan remaja, narkoba, gambaran keluarga yang
otoriter, dan lain sebagainya. Sosiodrama digunakan untuk memberikan pemahaman
dan penghayatan akan masalah-masalah sosial serta mengembangkan kemampuan siswa
untuk memecahkannya (Depdiknas: 23).
Berdasarkan
definisi yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa, metode sosiodrama
merupakan suatu metode pembelajaran dimana siswanya dapat memainkan suatu
peranan dari prilaku sesorang dalam suatu peristiwa masalah-masalah sosial yang
sedang terjadi dimasyarakat.
2.2.
Tujuan
dan Manfaat Metode Sosiodrama
2.2.1
Tujuan
Metode Sosiodrama
Sosiodrama
biasanya digunakan untuk menangani masalah yang berkaitan dengan masalah social
seperti krisis kepercayaan diri jika dhadapan kelompok, menumbuhkan rasa
kesetaikawanaan social dan rasa tanggung jawab serta untuk mengembangkan
ketrampilan tertentu. Tujuan yang
diharapakan dengan penggunaan motode sosiodrama antara lain, menurut Syaiful
Bahri dan Zain ( 1995 : 100) :
a)
Agar siswa dapat menghayati dan
menghargai perasaan orang lain.
b)
Dapat belajar bagaimana membagi tanggung
jawab
c)
Dapat belajar bagaimana mengambil
keputusan dalam situasi kelompok secara spontan.
d)
Merangsang kelas untuk berfikir dan memecahkan masalah
Roestiyah
N.K ( 2008 : 90 ), mengemukakan tujuan dari teknik sosiodrama adalah agar siswa
dapat memahami perasaan orang lain; dapat tepo seliro dan toleransi.
Sedangkan menurut Wina Sanjaya ( 2006 : 159 ), sosiodrama digunakan untuk
memberikan pemahaman dan penghayatan akan masalah – masalah sosial serta
mengembangkan kemampuan siswa untuk memecahkannya.
Dalam
sebuah kegiatan, pasti terdapat suatu tujuan yang ingin dicapai. Menurut ( Ahmadi (2005 : 81) menjelaskan
beberapa tujuan penggunaan sosiodrama antara lain :
1) Menggambarkan bagaimana seseorang
atau beberapa orang menghadapi suatu situasi sosial tertentu
2) Menggambarkan bagaimana cara
pemecahan suatu masalah sosial,
3) Menumbuhkan dan mengembangkan sikap
kritis terhadap sikap atau tingkah laku dalam situasi sosial tertentu
4) Memberikan pengalaman untuk
menghayati situasi sosial tertentu
5) Memberikan kesempatan untuk menijau
suatu situasi sosial dari berbagai sudut pandang tertentu.
Jadi,
tujuan dari metode sosiodrama adalah :
a. Siswa berani mengemukakan pendapat
secara lisan
b. Memupuk kerjasama diantara para
siswa
c. Siswa menunjukkan sikap berani dalam
memerankan tokoh yang diperankan
d. Melatih cara berinteraksi dengan
orang lain
Teknik
sosiodrama lebih tepat digunakan untuk mencapai tujuan yang mengarah pada :
a. Aspek afektif motorik dibandingkan
pada aspek kognitif, terkait dengan kehidupan hubungan sosial. Sehubungan
dengan itu maka materi yang disampaikan melalui teknik sosiodrama bukan materi
yang bersifat konsep- konsep yang harus dimengerti dan dipahami, tetapi berupa
fakta, nilai, mungkin juga konflik-konflik yang terjadi di lingkungan
kehidupannya.
b. Melalui permainan sosiodrama,
konseli diajak untuk mengenali, merasakan suatu situasi tertentu sehingga
mereka dapat menemukan sikap dan tindakan yang tepat seandainya menghadapi
situasi yang sama. Diharapkan akhirnya mereka memiliki sikap dan keterampilan
yang diperlukan dalam mengadakan penyesuaian sosial.
2.2.2
Manfaat
Metode Sosiodrama
Ada beberapa peranan sosiodrama. Berikut merupakan deskripsi
mengenai manfaat sosiodrama :
a.
menanamkan jiwa demokratis dan
memupuk partisipasi kolektif dalam pengambilan keputusan.
b.
Membekali siswa tentang
kecakapan hidup di Masyarakat
c.
Meningkatkan rasa percaya diri
pada siswa dan memupuk keterampilan berbicara di hadapan umum
d.
Mempertinggi perhatian siswa
terhadap esensi dan materi pembelajaran
Apabila
metode ini digunakan dalam pembelajaran dan dikendalikan dengan baik maka akan
banyak manfaat yang di peroleh, diantaranya :
a. Siswa
tidak hanya mengerti persoalan-persoalan psikologis, tetapi mereka juga ikut
merasakan perasaan dan pikiran orang lain bila berhubungan dengan sesama
manusia. Ikut menangis bila sedih, rasa marah, emosi, dan gembira
b. Siswa
dapat menempatkan diri pada tempat orang lain dan memperdalam pengertian mereka
tentang orang lain
c. Membantu
menghilangkan rasa malu, rendah diri dan kemurungan pada anak
d. Mendorong
aktifitas, inisiatif dan kreatif sehingga mereka berpartisifasi dalam kegiatan
bersama.
2.3.
Peranan
Sosiodrama
Secara umum metode
pembelajaran sosiodrama dapat digunakan
apabila :
1) Pelajaran dimaksudkan
untuk melatih dan menanamkan pengertian dan perasaan seseorang
2) Pelajaran dimaksudkan
untuk menumbuhkan rasa kesetiakawanan sosial dan rasa tanggung jawab dalam
memikul amanah yang telah dipercayakan.
3) Jika mengharapkan
partisipasi kolektif dalam mengambil suatu keputusan.
4) Apabila dimaksudkan
untuk mendapatkan ketrampilan tertentu sehingga diharapkan siswa mendapatkan
bekal pengalaman yang berharga, setelah mereka terjun dalam masyarakat kelak
5) Dapat menghilangkan
malu, dimana bagi siswa yang tadinya mempunyai sifat malu dan takut dalam
berhadapan dengan sesamanya dan masyarakat dapat berangsur-angsur hilang,
menjadi terbiasa dan terbuka untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
6) Untuk mengembangkan
bakat dan potensi yang dimiliki oleh siswa sehingga amat berguna bagi kehidupan
dan masa depannya kelak, terutama yang berbakat bermain drama, lakon film dan
sebagainya.
7) Untuk meningkatkan
kemampuan penalaran peserta didik secara lebih kritis dan detail dalam
pemecahan masalah.
8) Untuk meningkatkan
pemahaman konsep dari materi yang diajarkan
Metode sosiodrama digunakan dalam
suatu pembelajaran apabila :
a.
Keterangan secara lisan tidak dapat menerangkan pengertian
atau materi yang dimaksud
b.
Memberikan gambaran mengenai bagaimana orang bertingkah laku
dalam situasi tertentu
c.
Memberikan kesempatan untuk menilai atau pandangan mengenai
suatu tingkah laku social menurut pandangan masing – masing
d.
Memberikan gambaran mengenai bagaimana seharusnya seseorang
bertindak dalam situasi social tertentu
2.4.
Prosedur
Pelaksanaan Metode Sosiodrama
Dalam pelaksanaan
kegiatan sosiodrama ini, haruslah memperhatikan beberap prosedur yang harus
dijalankan. Prosedur pelaksanaan sosiodrama diantaranya adalah sebagai berikut
:
2.4.1.
Tahap
persiapan
Dalam tahap ini, sebelum melakukan sosiodrama diperlukan
penentuan pokok permasalahan yang akan didramatisasikan terlebih dahulu,
menentukan para pemain, dan mempersiapkan para siswa sebagai pendengar yang
menyaksikan jalannya cerita. Masalah yang akan didramatisasikan dipilih secara
bertahap, dimulai dari persoalan yang sederhana dan dilanjutkan dengan
pertemuan-pertemuan berikutnya yang agak sukar dan lebih bervariasi . Dan juga
perlu diingat, masalah-masalah yang akan ditetapkan harus menarik perhatian siswa
serta situasi masalah yang akan ditetapkan harus sesuai dengan tingkat usia
siswa.
Dalam pemilihan para pelaku hendaknya secara sukarela atau
bila tidak mungkin, sebaiknya guru menunjuk siswa yang dianggap cakap dan cocok
untuk memainkan peranan yang direncanakan. Para pelaku yang dipilih sebaiknya
yang memahami persoalan dan mempunyai daya fantasi, bukan anak yang pandai
melucu atau pemalu.
2.4.2.
Tahap
pelaksanaan
Setelah tahap-tahap dalam persiapan terselesaikan, siswa
dipersilahkan untuk mendramatisasikan masalah-masalah yang diminta selama
kurang lebih 4 sampai 5 menit berdasarkan pendapat dan inisiasi mereka
sendiri (Usman, 2002:52).
Dalam melaksanakan sosiodrama siswa diberi kesempatan untuk
menggambarkan, mengungkapkan, atau mengekspresikan suatu sikap, tingkah laku
atau penghayatan sesuatu yang dipikirkan, dirasakan, atau diinginkan seandainya
ia menjadi tokoh yag diperankannya itu secara spontan. Semua teks atau naskah
cerita tidak diperlukan oleh siswa pada saat itu. Mereka cukup memahami garis-garis
besar yang akan didramatisasikan.
Bahwa bermain peran yang secara spontan diharapkan akan
dapat mewujudkan jalannya cerita dengan peran guru hanya sebagai pengawas serta
akan memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengeksplorasi kemampuanya dalam
bermain peran.
Apabila dalam pelaksanaan permainan itu terjadi kemacetan,
maka guru sebaiknya segera bertindak dengan menunjuk siswa lain untuk
menggantikannya, atau siswa yang memainkan peran tersebut diberikan isyarat
atau aba-aba agar mereka dapat membetulkan permainannya. Dan dalam pelaksanaan
sosiodrama tidak perlu harus selesai akan tetapi juga dapat dilanjutkan oleh
siswa yang lainnya.
Namun demikian, sebelum pelaksanaan sosiodrama ini terselesaikan,
Sudjana (2002:85) mengatakan bahwa guru dapat menghentikan sosiodrama tersebut
apabila berada pada situasi yang memuncak/ketegangan dan kemudian membuka
diskusi kelas untuk memecahkan masalah-masalah yang disosiodramakan secara
bersama-sama.
2.4.3.
Tahap
tindak lanjut (evaluasi)
Apabila sosiodrama telah berakhir, maka diperlukan sebuah
upaya tindak lanjut. Dan mereka mengatakan diskusi sebagai salah satu
alternatifnya.
Sosiodrama merupakan sebuah metode mengajar, jadi dalam
praktiknya tidak hanya berakhir pada pelaksanaan dramatisasi semata, melainkan
hendaknya dapat dilanjutkan dengan tanya jawab, diskusi, kritik, atau analisis
persoalan. Dan bila dipandang perlu, siswa lainnya diperbolehkan mengulang
kembali peranan tersebut dengan lebih baik lagi.
Sudjana (2002:95) menambahkan bahwa sebagai salah satu upaya
tindak lanjut siswa dapat melakukan aktifitas menilai atau memberi tanggapan
terhadap pelaksanaan sosiodrama dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
membuat kesimpulan hasil sosiodrama.
2.5.
Langkah
– Langkah Metode Sosiodrama
Dalam
pelaksanaan metode sosiodrama agar berhasil dengan efektif,
perlu mempertimbangkan beberapa langkah-langkahnya, ialah :
a) Guru harus menerangkan kepada siswa,
untuk memperkenalkan teknik ini, bahwa dengan jalan sosiodrama siswa
diharapkan dapat memecahkan masalah hubungan sosial yang aktual ada
dimasyarakat, maka kemudian guru menunjuk beberapa siswa yang akan berpera;
masing-masing akan mencari pemecahan masalah sesuai dengan perannya. Dan siswa yang
lain menjadi penonton dengan tugas-tugas tertentu pula.
b) Guru harus memilih
masalah yang menarik, sehingga menarik minat anak. Ia mampu menjelaskan dengan
menarik, sehingga siswa terangsang untuk berusaha memecahkan masalah itu.
c) Agar siswa
memahami peristiwanya, maka guru harus bias menceritakan sambil untuk mengatur
adegan yang pertama.
d) Bila ada
kesedian sukarela dari siswa untuk berperan, harap ditanggapi tetapi guru
harus mempertimbangkan apakah ia tepat untuk perannya itu. Bila tidak ditunjuk
saja siswa yang memiliki kemampuan dan pengetahuan serta pengalaman
seperti yang diperankan itu.
e) Jelaskan pada
pemeran-pemeran itu sebaik-baiknya, sehingga mereka tahu tugas
peranannya, menguasai masalahnya pandai bermimik maupun berdialog.
f) Siswa yang
tidak turut harus menjadi penonton yang aktif, disamping mendengar dan melihat, mereka harus bias
memberi saran dan kritik pada apa yang akan dilakukan setelah
sosiodrama selesai.
g) Bila siswa
belum terbiasa, perlu dibantu guru dalam menimbulkan kalimat pertama
dalam dialog.
h) Setelah
sosiodrama itu dalam situasi klimaks, maka harus diberhentikan, agar
kemungkinan-kemungkinan pemecahan masalah dapat di diskusikan secara
umum. Sehingga para penonton ada kesempatan untuk berpendapat, menilai
permainan dan sebagainya,
i)
Sebagai tindak lanjut dari hasil
diskusi, walau mungkin masalahnya belum terpecahkan, maka perlu dibuka tanya
jawab, diskusi atau membuat karangan yang berbentuk sandiwara.
Hal-hal
yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan sosiodrama adalah sebagai berikut :
1. Masalah
yang dijadikan tema-tema hendaknya dialami oleh sebagian besar siswa
2. Penentuan
pemeran hendaknya secara sukarela dan motivasi diri sendiri.
3. Jangan
terlalu banyak menyutradai, biarkan murid mengembangkan kreatifitas dan
spontanitas mereka
4. Diskusi
diarahkan kepada penyelesaian akhir (tujuan), bukan terhadap baik atau buruknya
lakon seorang murid.
5. Kesimpulan
diskusi dapat dirumuskan oleh guru.
6. Sosoidrama
bukanlah sandiwara atau drama biasa, melainkan peranan situasi sosial yang
ekspresif dan hanya dimainkan satu babak saja.
Adapun
saran-saran yang perlu mendapat perhatian dalam pelaksanaan metode ini yaitu:
a) Merumuskan
tujuan yang akan dicapai melalui metode ini, dan tujuan tersebut diupayakan
tidak terlalu sulit/berbelit-belit, akan tetapi jelas dan mudah dilaksanakan.
b) Menjelaskan
latar belakang cerita sosiodrama
c) Guru
menjelaskan bagaimana proses pelaksanaan sosiodrama.
d) Menetapkan
siapa-siapa di antara siswa yang pantas memainkan/melakonkan jalannya suatu
cerita. Dalam hal ini termasuk peranan penonton
e) Guru
dapat menghentikan jalannya permainan apabila telah sampai tiitk klimaks. Hal
ini dimaksudkan agar kemungkinan-kemungkinan pemecahan masalah dapat
didiskusikan secara seksama
f) Sebaiknya
diadakan latihan-latihan secara matang, kemudian diadakan uji coba terlebih
dahulu, sebelum sosiodrama dipentaskan dalam bentuk yang sebenarnya.
2.6.
Faktor
– Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Sosiodram
2.6.1.
Dari
segi guru
Guru tidak boleh bersikap menekan. Setiap individu akan
menghayati situasi social menurut caranya sendiri. Apa yang akan ia lakukan,
keputusan apa yang akan ia pilih jika ia berada dalam situasi sosial seperti
itu, semua harus diserahkan kepada pemeran yang bersangkutan.
2.6.2.
Dari
Segi siswa
Dramatisasi ini akan berhasil kalau para siswa yang berperan
dapat menjiwai dan menghayati situasinya, dapat bertingkah laku dan bersikap seperti
dalam situasi sosial yang sesungguhnya.
2.6.3.
Segi
materi
Sesuatu yang didramatisasikan aka baik hasilnya, jika bahan
itu cocok dengan para pemeran yang akan memerankannya. Bahan harus dipilih
dengan cermat. Kriteria yang harus diperhatikan antara lain:
a. Bahan harus sesuai dengan
perkembangan jiwa siswa.
b. Bahan harus memperkaya pengalaman
sosial siswa.
c. Bahan harus cukup mengandung sikap
dan perbuatan yang akan didramatisasikan siswa.
d. Bahan hendaknya tidak mengandung
adegan-adegan yang bertentangan dengan nilai-nilai pancasila, agama, dan
kepribadian bangsa Indonesia
2.7.
Kelebihan
dan Kelemahan Metode Sosiodrama
2.7.1.
Kelebihan
Ahmadi (2005:65) menjelaskan
beberapa kebaikan dari metode sosiodrama antara lain
1) Melatih anak untuk mendramatisasikan
sesuatu serta melatih keberanian
2) Metode ini akan menarik perhatian
anak sehingga suasana kelas menjadi hidup
3) Anak - anak dapat menghayati suatu
peristiwa sehingga mudah mengambil kesimpulan berdasarkan penghayatan sendiri
4) Anak dilatih untuk menyusun
pikirannya dengan teratur.
Ahmadi (2005:82) melanjutkan
kelebihan-kelebihan sosiodrama tersebut yaitu :
1) Memperjelas situasi sosial yang
dimaksud
2) Menambah pengalaman tentang situasi
sosial tertentu
3) Mendapat pandangan mengenai suatu
tindakan dalam sustu situasi sosial dari berbagai sudut
Fikri
(2009) juga menyebutkan beberapa kebaikan dari sosiodrama diantaranya :
a. Memiliki keuntungan dapat
menyalurkan perasaan-perasaan atau keinginan-keinginan terpendam karena
memperoleh kesempatan untuk mengekspresikan (mencurahkan) penghayatan mereka
mengenai suatu problem didepan orang banyak (murid-murid)
b. Untuk mengajar anaknya supaya ia
bisa menempatkan dirinya diantara orang lain.
Winarno (dalam pakguruonline)
menambahkan kebaikan dari metode sosiodrama adalah
1. Mengembngkan kreatifitas siswa
2. Memupuk kerjasama antar siswa
3. Menumbuhkan bakat siswa dalam seni
drama
4. Siswa lebih memperhatikan pelajaran
karena menghayati sendiri
5. Memupuk keberanian berpendapat
didepan kelas
6. melatih siswa untuk menganalisa
masalah dan mengambil kesimpulan dalam waktu singkat.
Ada kebaikan lain yang diungkapkan
oleh Syaifullah (2008) yaitu :
a. Dapat berkesan dengan kuat dan tahan
lama dalam ingatan siswa
b. Sangat menarik bagi siswa sehinga
memungkinkan kelas menjadi dinamis
c. Membangkitkan gairah dan semangat
optimisme dalam diri siswa serta menumbuhkan rasa kebersamaan dan
kesetiakawanan sosial yang tinggi
d. Dapat menghayati peristiwa yang
berlangsung dengan mudah dan dapat memetik butir-butir hikmah yang terkandung
di dalamnya dengan penghayatan siswa sendiri
e. Dimungkinkan dapat meningkatkan
kemampuan professional siswa dan dapat menumbuhkan/membuka kesempatan bagi
lapangan kerja
2.7.2.
Kelemahan
Disamping terdapat
kebaikan-kebaikan, metode sosiodrama juga memiliki kelemahan-kelemahan
diantaranya menurut Ahmadi (2005:65) :
1) Metode ini memerlukan waktu cukup
banyak
2) Memerlukan persiapan yang teliti dan
matang
3) Kadang-kadang anak-anak tidak mau
mendramatisasikan suatu adegan karena malu
4) Kita tidak dapat mengambil
kesimpulan apa-apa apabiala pelaksanaan dramatisasi itu gagal,
Dalam masalah ini, Ahmadi (2005:82)
menambahkan beberapa kekurangan metode sosiodrama ini yaitu :
a. Situasi sosial yang didramatisasikan
hanyalah tiruan
b. Situasi ini dalam kelas berbeda
dengan situasi yang sebenarnya dimasyarakat.
Sama dengan kebaikan-kebaikan
diatas, fikri (2009) juga mengemukakan beberapa kelemahan dari metode
sosiodrama diantaranya :
a. Situasi sosial yang diciptakan dalam
suatu lakon tertentu, tetap hanya merupakan situasi yang memiliki kekurangan
kulitas emosional dengan situasi sosial sebenarnya
b. Sukar untuk memilih anak-anak yang
betul-betul berwatak cemerlang untuk memecahkan sebuah masalah
c. Perbedaan adat istiadat kebiasaaan
dan kehidupan dalam masyarakat akan mempersulit mengaplikasikan metode ini
d. Anak-anak yang tidak mendapatkan
giliran akan menjadi pasif.
Winarno (dalam pakguruonline) juga
demikian, ia menyebutkan beberapa kelemahan dari metode sosiodrama dalam
artikelnya yaitu :
a. Adanya kurang kesungguhan para
pemain menyebabkan tujuan tidak tercapai
b. Pendengar (siswa yang tidak berperan)
sering mentertawakan tingkah laku pemain sehingga merusak suasana.
Syaifullah (2008) juga menyebutkan
beberapa kekurangan dari sosiodrama antara lain
a. Memerlukan kreatifitas dan daya
kreasi yang tinggi dari pihak guru maupun murid, dan tidak semua guru
memilikinya
b. Kebanyakan siswa yang ditunjuk
sebagai pemeran merasa malu untuk memerankan suatu adegan tertentu
c. Apabila pelaksanaan sosiodrama dan
bermain peranan mengalami kegagalan, bukan saja dapat memberi kesan kurang baik
tetapi sekaligus tujuan pengajaran tidak tercapai
d. Tidak semua materi pelajaran dapat
disajikan melalui metode ini
e. Pada pelajaran agama masalah aqidah,
sosiodrama dan bermain peranan sulit diterapkan.
Dari beberapa kelmahan diatas dapat
disimpulkan bahwa kelemahan metode sosiodrama adalah sebagai berikut :
a) Pengalaman
yang diperoleh melalui sosiodrama tidak selalu tepat dan sesuai dengan
kenyataan di lapangan.
b) Pengelolaan
yang kurang baik, sering sosiodrama dijadikan sebagai alat hiburan, sehingga
tujuan pembelajaran menjadi terabaikan.
c) Faktor
psikologis seperti rasa malu dan takut sering mempengaruhi siswa dalam
melakukan sosiodrama. ( Wina Sanjaya, 2006 : 158 )
d) Sebagian besar
anak yang tidak ikut bermain drama mereka menjadi kurang kreatif.
e) Banyak memakan
waktu, baik waktu persiapan dalam rangka pemahaman isi bahan pelajaran maupun
pada pelaksanaan pertunjukkan.
f) Memerlukan
tempat cukup luas, jika tempat bermain sempit menjadi kurang baik.
g) Sering kelas
lain terganggu oleh suara para pemain dan para penonton yang kadang-kadang
bertepuk tangan dan sebagainya. ( Syaiful Bahri dan Zain, 1995 : 102 ).
h) Guru tidak
menguasai tujuan intruksional penggunaan teknik sosiodrama untuk suatu unit
pelajaran, maka sosiodramanya juga tidak berhasil
i)
Bila guru tidak memahami
langkah-langkah pelaksanaan metode ini, sehingga mengacaukan berlangsungnya
sosiodrama ( Roestiyah, 2008: 93)
2.8.
Cara
Mengatasi Kelemahan Metode Sosiodrama
Cara-cara
mengatasi kelemahan – kelemahan metode sosiadrama. Usaha-usaha untuk mengatasi
kelemahan-kelemahan dari metode sosiodrama antara lain ialah :
1. Guru
harus menerangkan kepada siswa untuk memperkenalkan metode ini, bahwa dengan
jalan sosiodrama siswa diharapkan dapat memecahkan masalah hubungan sosial yang
aktual ada di masyarakat kemudian guru menunjuk beberapa siswa yang akan
berperan masing-masing akan mencari pemecahan masalah sesuai dengan perannya
dan siswa yang lain menjadi penonton dengan tugas-tugas tertentu
2. Guru
harus memilih masalah yang urgen sehingga menarik minat anak. Ia mampu menjelaskan
dengan baik dan menarik sehingga siswa terangsang untuk berusaha memecahkan
masalah itu.
3. Agar
siswa memahami peristiwanya maka guru harus bisa menceritakan sambil mengatur
adegan yang pertama
4. Bobot
atau luasnya bahan pelajaran yang akan didramakan harus disesuaikan dengan
waktu yang tersedia. Oleh karena itu harus diusahakan agar para pemain berbicara
dan melakukan gerakan jangan sampai banyak variasi yang kurang berguna.
BAB III
PENUTUP
3.1.
Simpulan
Dari
pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan yaitu metode sosiodrama merupakan
suatu metode pembelajaran dimana siswanya dapat memainkan suatu peranan dari
prilaku sesorang dalam suatu peristiwa masalah-masalah sosial yang sedang
terjadi dimasyarakat. Oleh karena itu, metode sosiodrama membuat siswa tidak
hanya mengerti persoalan-persoalan psikologis, tetapi mereka juga ikut
merasakan perasaan dan pikiran orang lain bila berhubungan dengan sesama
manusia.
Untuk
melaksanakan metode sosiodrama harus diakukan tahap persiapan, pelaksanaan, dan
tahap tindak lanjut. Hal itu dilakukan agar metode tersebut dapat efektif
sehingga tujuan belajar dapat tercapai. Berhasilnya metode sosiodrama ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya dari segi guru, segi siswa, dan
dari segi materi.
Metode
ini digunakan apabila pelajaran dimaksudkan untuk melatih dan
menanamkan pengertian dan perasaan seseorang dan dimaksudkan untuk menumbuhkan
rasa kesetiakawanan sosial dan rasa tanggung jawab dalam memikul amanah yang
telah dipercayakan. Metode sosiodrama ini memiliki beberapa kelebihan, salah
satunya membangkitkan
gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa serta menumbuhkan rasa
kebersamaan dan kesetiakawanan sosial yang tinggi. Selain memiliki kelbihan,
metode ini juga memiliki kelamahan salah satunya pengelolaan
yang kurang baik, sering sosiodrama dijadikan sebagai alat hiburan, sehingga
tujuan pembelajaran menjadi terabaikan.
3.2.
Saran
Metode soiodrama digunakan dalam
pembelajaran agar siswa lebih memahami materi ajar, oleh karena itu apabila
metode ini digunakan dalam pembelaran maka :
1. Guru menerangkan terlebih dahulu
teknik permainannya. Kemudian setelah mereka memahami teknik tersebut,
bimbinglah para siswa yang ada untuk dapat menguasai pokok permasalahan yang
telah disediakan
2. Berilah motivasi-motivasi tertentu
agar siswa memiliki keberanian untuk dapat melakukan permainan sosiodrama
tersebut
3. Pilihlah seorang pemain yang memang
cakap dalam melakukan permainan peranan ini, mudah menghayati isi materi dan
mengekspresikannya didepan teman-temannya, bukan yang pemalu
4. Agar siswa memiliki kecakapan dalam
mengemukakan pendapatnya, bimbinglah mereka untuk dapat mengemukakan
pendapatnya. Serta sediakan waktu yang cukup, karena bentuk permaianan ini pada
dasarnya membutuhkan waktu yang banyak.
5. Sambutlah mereka dengan appreseate,
baik itu berupa tepuk tangan, pujian atau pemberian benda-benda tertentu
sebagai hadiah.
DAFTAR PUSTAKA
Adya, Abit. 2012. Model Pembelajaran Sosiodrama. http://abitadya. wordpress.
com/2012/02/28/32/ diakses pada tanggal 2 Desember 2013.
Ahmadi,
Abu. H. 2005. Stategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.
Depdiknas. 2002. Kamus Besar
Bahasa Indonesi. Jakarta : Balai Pustaka.
. 2008. Strategi Pembelajaran dan
Pemilihannya. Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal.
Fikri, S.N. 2009. Metode-Metode
Mengajar, Pre Test, Appersepsi, Post Test, dan Tanya Jawab. Http// www. fikrinatuna.blogspot.com.html,
diakses 30 November 20013.
Hafiz.
2010. Metode Sosiodrama dan Bermain Peran
(Role Playing Method). http://alhafizh84.wordpress.com/2010/01/16/metode-sosiodrama-dan-bermain-peranan-role-playing-method/
diakses pada tanggal 5 Desember 2013.
Winarno, Pakguruonline. Strategi
dan Metode (on line). Http://www.pakguru.
pendidikan.net/buku_tua_pakguru_dasar_
kpdd_ b12.html, diakses 30 November 2013.
Roestiyah N.K. 2008. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta : Rineka Cipta.
Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi
Standar Proses Pendidkan. Jakarta : Kencana Prenada Media Grup.
Sudjana, N. 2002. Dasar-Dasar
Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Syaiful Bahri
D, Zain. (1995). Konsep Trategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Syaifullah. 2008. Metode
Pengajaran Pendidikan Agama Islam. http:// www. Syaifullaheducationinformatiocenter.blogspot.com,
diakses 2 Desember 2013.
Usman, Basyiruddin. 2003. Metodologi
Pembelajaran Agama Islam. Jakarta: Ciputat pers.
0 komentar:
Posting Komentar