Kota Kecil Ku, Kota Caruban
Sekilas Tentang Caruban :
Kota Caruban merupakan kota kecil yang resmi menjadi pusat pemerintahan ibukota Kabupaten Madiun menggantikan kota Madiun sesuai PP 52 tahun 2010 tentang pemindahan ibu kota Kabupaten Madiun di wilayah Kota Madiun ke wilayah Kecamatan Mejayan, Caruban, Kabupaten Madiun. Penunjukan Caruban karena letaknya yang strategis dan terdapat kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah serta menjadi jalur lalu lintas Ngawi-Nganjuk, sehingga dijadikan ibukota Madiun menggantikan Kota Madiun. Caruban memiliki makanan khas, yaitu brem dan pecel serta kesenian dongkrek.
Berdasarkan cerita penduduk setempat, Caruban berarti “carub” – bahasa jawa, yang artinya campur, sedangakan akhiran -an, adalah menunjukkan arti tempat. Caruban merupakan campuran dari beberapa penduduk, warga atau orang yang bermukim di situ, terbukti di Caruban terdapat banyak sekali etnis atau warga yang bukan dari warga pribumi yang ikut meramaikan kota Caruban. Akses menuju Caruban melalui sarana transportasi darat, yaitu bus dan kereta api. Akses melalui bus dapat dicapai melalui terminal Caruban yang menjadi persinggahan jalur Surakarta,Ponorogo-Surabaya,Kediri. Angkutan kereta api menjadi akses menuju Caruban, karena terdapat Stasiun Caruban yang menghubungkan Solo-Surabaya.
Pada masa mendatang Pemerintah Pusat berencana membangun jalur jalan tol yang menghubungkan Surakarta-Ngawi-Caruban-Nganjuk-Kertosono. Dengan dibangunnya prasarana jalan tersebut diharapkan akan lebih mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat, khususnya yang dilalui jalan tol tersebut. Sebelum menjadi ibu kota kabupaten, Kota Caruban sudah memiliki beberapa fasilitas antara lain sudah tersedianya
- Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Caruban yang dikenal masyarakat sekitar dengan sebutan RS. Panti Waluyo
- Sebelah timur terdapat Gelanggang Olahraga Pangeran Timoer (GOR) yang di dalamnya ada fasilitas lapangan sepak bola lengkap dengan tribunnya
- Kantor Imigrasi yang baru didirikan, kantor ini tepatnya terletak di jl raya Caruban-Nganjuk.
- Terminal Bus
- Stasiun Kereta
- Pasar Tradisional
- Kantor DPRD Kabupaten
- TPK (terminal Kayu Milik Dinas Kehutanan)
Dan juga masih banyak lagi. Dengan fasilitas yang sekarang dimiliki Kota Caruban, maka tidak mustahil jika suatu saat nanti atau beberapa tahun yang akan datang Kota ini akan menjadi Kota yang maju dan sangat modern. Saya sebagai warga setempat mengucapkan selamat kepada Kota Kecil Caruban karena telah resmi menjadi Ibu Kota Kabupaten Madiun.
Sejarah Caruban :
Istilah Caruban , berasal dari kata carub yang berarti campur, dahulu ada suatu tempat berkumpulnya para pejabat,bangsawan, rakyat jelata, dan para priyayi untuk keperluan adu jago, tempat ini kemudian disebut caruban. Majalah Altona menerangkan , bahwa pada masa kekuasaan Hindu Jawa yang berpusat di Ngurawan (Dolopo sekarang), ada sederet perkampungan untuk menempatkan para penjahat, pemberontak dan para tahanan politik di pisahkan dari tempat tinggal dan lingkungannya, orang-orang ini di beri tugas menanam pohon jati. Tetapi hipotesa ini kurang dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Yang jelas Desa-desa di Caruban merupakan desa-desa tua, karena itu sudah sepantasnya Caruban pernah menjadi ibukota kabupaten pada masa Kerajaan Mataram Islam. Dan bahkan sekarang mulai dirintis menjadi ibukota Pemerintah Kabupaten Madiun, setelah adanya perluasan wilayah Pemerintah Kota Madiun.http://satriotomo-gombal.blogspot.com/2010/07/sejarah-berdirinya-tanah-perdikan.html
Pada masa perang Trunojoyo, Caruban untuk pertama kalinya di lalui pasukan kompeni Belanda bersama prajurit Mataram di bawah Jendral Anthoni Hurd dengan 214 tentara Belanda dan 1.000 prajurit Mataram. Pada 05 Oktober 1678 mereka melintasi Caruban dari penyerangan di Desa Kajang, Kec. Sawahan, menuju wilayah Kediri untuk mengejar pasukan Trunojoyo.
Pada masa perang Suropati pada tahun 1684 dan masa perebutan tahta kerajaan Mataram, Kartasura antara Sunan Mas dengan Pangeran Puger pamannya, rakyat Caruban besar andilnya dalam ikut berjuang melawan tentara Kompeni (VOC) salah satunya di bawah pimpinan Demang Tampingan yang bergabung dengan Pangeran Mangkunegoro IV Wedono Bupati Mancanegara Timur, Madiun.
Desa Krajan merupakan pusat pemerintahan Kabupaten Caruban, Kemungkinan Bupati pertama dijabat oleh Raden Cokrokusumo I atau disebut Tumenggung Alap-alap. Ia semula pejabat tinggi di Demak, Beliau adalah putra sulung Raden Pecat Tondo II, Raden Pecat Tondo I adalah Adipati Terung, ini merupakan wilayah bekas Kerajaan Majapahit yang terakhir. Bupati kedua adalah Raden Cokrokusumo II sering disebut Tumenggung Emprit Gantil, kemudian bertahta Raden Tumenggung Notosari. Raden Tumenggung Notosari adalah putra dari Bupati Jipang yang bergelar Raden Tumenggung Purwowijoyo. Beliau adalah putra Paku Buwono I dari selir, jadi Bupati Notosari adalah cucu raja besar Mataram.
Dari perintah Bupati Notosari inilah kemudian salah satu desa di Caruban yaitu Desa Kuncen yang terletak di selatan Desa Sidodadi menjadi Desa Perdikan sebagai tempat makam Bupati Caruban beserta kerabatnya. Bupati Notosari sebelum bertahta di Caruban merupakan salah satu bangsawan di istana Kartasura. Setelah wafat , beliau di makamkan di makam Kuncen Caruban, dengan biaya pemakaman dari Kartasura. Selain Bupati Notosari, di Kuncen Caruban juga dimakamkan para kerabat dan pengikut-pengikut setianya.
Sebagai Desa Perdikan, Desa Kuncen, Caruban dibebaskan dari pajak dan diberi otonomi seluasnya, dengan tanggungjawab merawat makam para Bupati Caruban, beserta kerabatnya. Piagam tentang kemerdekaan desa ini masih ada, yang menunjukkan tahun Wawu 1627 saka atau tahun 1705 Masehi, oleh Sunan Paku Buwono I.
Bupati berikutnya adalah Raden Tumenggung Wignyosubroto, putra bupati sebelumnya, memindahkan ibukota Caruban ke pusat Kota Caruban sekarang atau disebut Desa Tompowijayan atau Bangunsari sekarang.
Bupati terakhir adalah Raden Tumenggung Djayengrono, putra Bupati Ponorogo yang bernama Pangeran Pedaten. Beliau kawin dengan putri Bupati Mangkudipuro yang dipindahkan oleh Hamengku Buwono I dari Wedono Bupati di Madiun menjadi Bupati kecil di Caruban, karena dianggap tidak tunduk pada perjanjian pemerintahan Jogjakarta setelah adanya perjanjian Gianti. Wedono Bupati di Madiun di berikan kepada panglima perang Kesultanan Jogjakarta, yaitu Ronggo Prawirosentiko setelah menjadi bupati bergelar Ronggo Prawirodirjo I.
Jadi Desa Kuncen Caruban ditetapkan sebagai tanah perdikan karena merupakan tempat peristirahatan terakhir para bangsawan dari Kasunanan Mataram Kartasura. Para Bupati Caruban dan kerabatnya yang dimakamkan di pemakamam Kuncen Caruban, antara lain, Pangeran Mangkudipuro Bupati Madiun ke 13, Raden Cokorokusumo I, Raden Cokorokusumo II, Raden Tumenggung Notosari, Raden Tumenggung Wignyosubroto, dan Raden Tumenggung Djayengrono.
FOTO FOTO :
Masjid Gede Caruban
Gor Pangeran Timoer
0 komentar:
Posting Komentar